Bahasa

Konteks

Indonesia tidak hanya mempunyai angka penyakit menular yang tinggi, tapi juga konfirmasi kasus flu burung A (H5N1) pada manusia kedua terbanyak di seluruh dunia. Sepanjang sejarah, Indonesia juga mengalami wabah flu burung yang parah serta antraks, rabies, leptospirosis, dan penyakit menular zoonosis lainnya (penyakit yang menular antara hewan dan manusia). Setiap wabah meningkatkan risiko pandemi pada manusia dan memberantas penyakit pada sumbernya dapat menyelamatkan nyawa, mencegah bencana, serta menghemat miliaran dolar.

Selain ancaman penyakit menular, resistensi antimikroba (AMR) juga menjadi perhatian utama, terutama terkait penggunaan antimikroba pada hewan dan pasokan makanan. Ketergantungan pada antimikroba untuk produksi pangan diperkirakan akan terus meningkat. Pada 2050, diperkirakan sekitar 10 juta orang meninggal akibat komplikasi terkait AMR di Asia dan angka kematian ini akan berulang setiap tahun setelahnya.

Global Health Security Program Program (GHSP) USAID bersama Badan PBB Food and Agriculture Organization melengkapi dan memperkuat upaya Pemerintah Indonesia untuk meminimalkan risiko dan dampak penyakit baru serta pandemi. Kerja sama telah meningkatkan sistem kesehatan hewan untuk melakukan pencegahan wabah penyakit, serta meningkatkan kemampuan mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman penyakit, tujuan utama Agenda Ketahanan Kesehatan Global. Kemitraan USAID dengan Indonesia di bidang zoonosis dimulai pada 2006 untuk memerangi flu burung dan berakar pada One Health, yakni pendekatan yang mengoptimalkan hasil kesehatan dengan mengenali bagaimana kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terkait dan bersinggungan.

Global Health Security Program (USAID-FAO GHS)

USAID-FAO GHS mendukung program, kebijakan, dan sistem yang memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi yang lebih baik antara sektor manusia, hewan, dan lingkungan. Fokus khusus mencakup pencegahan dan respons zoonosis, sistem pengawasan, laboratorium dan diagnostik, komunikasi risiko, serta sumber daya manusia untuk One Health.

USAID-FAO GHS memprioritaskan peningkatan kapasitas laboratorium untuk pengujian dan diagnostik di Pusat Investigasi Penyakit Kesehatan Hewan agar dapat mendeteksi dan mencegah zoonosis serta penyakit infeksius baru. Kegiatan ini juga mendukung Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan nasional dan daerah untuk meningkatkan kesadaran di kalangan praktisi kedokteran hewan tentang peternakan dan penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab.

Hasil

Hingga saat ini, USAID-FAO GHS telah:

  • Membantu menyusun dan meluncurkan Peraturan Menteri Koordinator tentang Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis;

  • Membantu menyoroti pentingnya pendekatan One Health untuk mempersiapkan dan merespons pandemi di bawah kepemimpinan Indonesia di G20 pada 2022 dan ASEAN pada 2023;

  • Mendukung Sistem Kesehatan Hewan Nasional untuk mengembangkan mekanisme yang dapat mengidentifikasi masuknya penyakit eksotik ke Indonesia;

  • Mendukung koordinasi One Health antara FAO, Badan Kesehatan Dunia, World Organisation for Animal Health, dan UN Environment Programme untuk menanggulangi masalah zoonosis dan terkait AMR;

  • Memperkuat platform pengawasan virus influenza nasional untuk deteksi dini dan pemantauan jenis virus flu burung baru; dan

  • Mengembangkan Program Peningkatan Kesehatan Unggas Nasional bersama forum koordinasi dengan Pemerintah Indonesia dan sektor swasta sebagai bagian dari kemitraan pemerintah-swasta.

Narahubung

Monica Latuihamallo, USAID di mlatuihamallo@usaid.gov
Luuk Schoonman, FAO di luuk.schoonman@fao.org

Image
Petugas peternakan mengambil telur segar dari kandang.
Foto milik FAO
Share This Page