Bahasa

Konteks

Platform media digital dan sosial telah meningkatkan akses informasi bagi masyarakat di seluruh dunia. Namun, platform digital sering dimanipulasi untuk menyebarkan informasi berbahaya dan menimbulkan perpecahan di antara para pengguna. Hal ini menjadi masalah karena banyak pengguna media daring dan media sosial tidak menyadari bahwa informasi berbahaya disebarkan melalui kedua media tersebut.

Literasi media merujuk pada kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam berbagai bentuk—mulai dari media cetak, video, internet, hingga media sosial. Pelatihan literasi media berfokus menjelaskan peran media dalam masyarakat dan mengajarkan keterampilan berpikir kritis, bertanya, dan mengekspresikan diri seperti yang dibutuhkan oleh masyarakat yang demokratis. Literasi media tradisional diajarkan kepada siswa/i melalui kurikulum di sekolah formal.

Media Literacy for New Digital Arrivals

Program Media Literacy for New Digital Arrivals berupaya meningkatkan literasi media di kalangan pengguna internet dengan tujuan mengurangi kemungkinan pengguna terlibat dan menyebarkan disinformasi. Pendatang baru digital adalah orang-orang yang baru-baru ini mulai menerima dan berbagi informasi melalui platform media digital dan sosial tetapi belum mendapatkan manfaat dari pendidikan literasi media tradisional. Selain generasi muda, kelompok ini mungkin termasuk orang dewasa yang lebih tua atau kelompok marjinal yang berada di luar sistem pendidikan formal.

Hasil

Sejak diluncurkan, program ini telah mencapai hal-hal berikut:

  • Menganalisis Lanskap Media Sosial dan Daring. Program ini mengembangkan dan memberikan gambaran terkait sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) —Misinformation Early Warning System (MEWS)—untuk mengidentifikasi konten media sosial dan disinformasi yang telah diubah dan dimanipulasi serta menentukan bagaimana proses penyebarannya. Contoh taktik disinformasi dapat mencakup deepfake dan astroturfing sosial, di mana pengguna dibayar untuk menyukai atau mempromosikan konten berbahaya.

  • Mengadaptasi dan Meluncurkan Kurikulum Literasi Media untuk Sistem Media Sosial dan Digital. Program ini terus mengembangkan video edukasi yang menampilkan ahli literasi media dari Indonesia untuk mengungkap hal-hal terkait disinformasi. Konten ini didukung oleh http://literata.id dan tersedia di seluruh sistem media sosial. Selain itu, tim kami telah mengembangkan game Gali Fakta di mana pemain ditugaskan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan informasi yang salah dalam grup simulasi WhatsApp keluarga.

  • Mengidentifikasi dan Menyampaikan literasi media Kepada pengguna baru platform digital. Program ini memberikan konten literasi media digital kepada sekelompok pengguna media sosial terpilih dan mengevaluasi kinerjanya. Hasil menunjukkan bahwa peserta memiliki kecenderungan hampir 50 persen lebih rendah untuk berbagi informasi yang salah dibandingkan dengan kelompok lainnya.

  • Bekerja Sama dan Membekali Organisasi untuk Melawan Disinformasi Daring. The Program ini juga menargetkan kerja sama lebih dekat dengan organisasi-organisasi di Indonesia dan juga mitra USAID untuk saling berbagi praktik terbaik dalam melawan disinformasi dan misinformasi serta memfasilitasi adopsi MEWS di ranah lokal.

Dimulai di Indonesia pada 2018 dan 2019, program Media Literacy for New Digital Arrivals dilaksanakan oleh konsorsium organisasi yang dipimpin oleh University of Notre Dame, termasuk IREX, Moonshot CVE, dan Geopoll.

Narahubung

Josh Machleder, USAID Washington di jmachleder@usaid.gov

Share This Page