Bahasa

Konteks

Eradikasi polio akan menjadi prestasi bersejarah dalam kesehatan masyarakat. Amerika Serikat dan Indonesia berkomitmen untuk menerapkan Global Polio Eradication and Endgame Strategy untuk memastikan bahwa setiap anak terlindungi dari kelumpuhan karena virus Polio dan tidak ada lagi keluarga yang harus menanggung beban emosional dan finansial karena polio.

Polio sangat menular sehingga satu kasus pun bisa menjadi wabah yang menarik perhatian internasional. Menurut Peraturan Kesehatan Internasional, Indonesia digolongkan sebagai negara yang tidak lagi terjangkit polio, tapi tetap rawan terkena kembali. Indonesia menghadapi tantangan besar untuk mencapai pemberantasan polio, mulai dari memperluas akses terhadap vaksinasi hingga meningkatkan surveilans penyakit yang membutuhkan solusi yang responsif dan inovatif sesuai dengan kondisi negara kepulauan yang luas dengan budaya yang beragam.

Polio Eradication Initiative Grant 

USAID, melalui Polio Eradication Initiative Grant, bermitra dengan IFRC, WHO, dan pemangku kepentingan utama lainnya untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Global Polio Eradication and Endgame Strategy (GPEES) 2019-2023 dan merespons wabah polio. Dukungan USAID berfokus pada peningkatan surveilans polio dan peralihan bertahap dari vaksin polio oral (OPV) ke vaksin polio yang tidak aktif (IPV). OPV dapat secara tidak sengaja menularkan polio karena bahan aktifnya adalah virus polio yang dilemahkan, sehingga peralihan ke IPV merupakan langkah penting dalam GPEES. Cakupan vaksinasi IPV perlahan meningkat secara nasional, tetapi turun secara signifikan sejak COVID-19 di beberapa daerah terpencil dan perkotaan.

Hasil

Dukungan finansial dan teknis dari USAID kepada Pemerintah Indonesia diberikan melalui IFRC dan WHO dengan cara:

  • Mendukung dua kegiatan imunisasi tambahan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Aceh saat terjadi wabah polio;
  • Melatih lebih dari 500 kader untuk melaksanakan surveilans berbasis masyarakat dan membekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi anak-anak yang mengalami lumpuh layuh akut (AFP);
  • Mendukung Kemenkes untuk merevitalisasi program kesehatan penting selama pandemi
    COVID-19, termasuk melalui imunisasi bagi yang belum, kajian rutin surveilans polio, dan bentuk-bentuk dukungan lainnya;
  • Memobilisasi lebih dari 150 relawan masyarakat untuk kampanye imunisasi polio berkelanjutan termasuk Bulan Imunisasi Anak Nasional dan Imunisasi Respons Wabah di Aceh, khususnya di kota Banda Aceh dan kabupaten Bireuen, dan 3.730 anak mendapatkan vaksinasi polio yang dapat menyelamatkan nyawa;
  • Mendukung Kementerian Kesehatan untuk melakukan jaringan surveilans yang mencakup sekitar 10.000 lokasi pelaporan (publik dan swasta) dan mendukung investigasi lebih dari 2.700 kasus AFP, dan menguji sekitar 4.484 spesimen tinja setiap tahunnya;
  • Memulai kemitraan antara pemerintah daerah dengan Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Banda Aceh yang meningkatkan komitmen seluruh pihak yang terlibat dalam mendukung Program Nasional Pemberantasan Polio;
  • Mendukung Kemenkes untuk melakukan tinjauan pustaka dua minggu sekali mengenai penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin di 100 kabupaten/kota prioritas;
  • Melaksanakan perencanaan, surveilans, testing, dan layanan penjangkauan masyarakat terhadap program imunisasi rutin yang sedang berjalan; dan
  • Mengatasi tantangan utama dalam sistem imunisasi, berupaya meningkatkan surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, dan memberikan imunisasi rutin.

Narahubung

Desy Sagala, USAID di dsagala@usaid.gov
Olivi Silalahi, WHO di silalahio@who.int

polio eradication
Image
Murid dengan disabilitas belajar di dalam kelas.
Dwi Ananta untuk USAID
Share This Page