Bahasa

Jutaan orang di Indonesia mengandalkan hidupnya dari sumber daya alam yang kaya untuk makanan, tempat tinggal, air, energi, dan pekerjaan. Tapi, perubahan iklim mengancam keberlanjutan pembangunan Indonesia dengan meningkatnya frekuensi dan tingkat kerusakan karena angin topan, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan gempa bumi, yang terus menghambat pembangunan. Amerika Serikat, melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat ketangguhan masyarakat, ekonomi, dan ekosistem yang mendukung mata pencaharian masyarakat.

USAID bekerja erat dengan Pemerintah Indonesia dan berbagai mitra kunci lainnya untuk mencapai prioritas bersama di bidang lingkungan hidup termasuk meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, mempercepat transisi sumber energi ke arah masa depan bersih dengan cara yang bisa diandalkan dan berkelanjutan, meningkatkan akses masyarakat perkotaan terhadap air minum, sanitasi aman, dan higiene (WASH), memerangi perdagangan satwa liar dan penangkapan ikan ilegal, serta melestarikan keanekaragaman hayati daratan dan lautan, dan juga menurunkan polusi udara perkotaan. USAID juga meningkatkan kemampuan Indonesia untuk bersiaga, merespons, dan pulih dari bencana alam dan krisis kemanusiaan.

  • Sejak 2015, USAID telah mendukung pembangkitan energi terbarukan sebesar 438 megawatt—lebih dari seperlima dari kapasitas pembangkit energi terbarukan di Indonesia yang dibangun selama enam tahun terakhir, menyediakan akses energi bersih bagi lebih dari 3,3 juta orang. USAID juga membantu menurunkan 6,9 juta metrik ton gas rumah kaca (GRK) sejak 2015, yang akan meningkat menjadi 48 juta metrik ton pada 2030, dan memobilisasi 1,62 miliar dolar investasi swasta dan publik dalam energi bersih. Lebih dari 5,3 juta orang Indonesia diharapkan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap energi bersih sebagai hasil dari investasi ini.
  • Hingga saat ini, lebih dari 900.000 orang telah mengakses layanan air minum yang lebih baik dengan mendapatkan sambungan baru dari 33 PDAM yang didukung oleh USAID. Selain itu, 14 PDAM telah melakukan kajian kerentanan perubahan iklim, dan 13 di antaranya melibatkan mitra swasta untuk membangun 616 sumur resapan. Diperkirakan sekitar 600.000 orang memperoleh akses terhadap layanan sanitasi aman.

  • USAID membantu menurunkan emisi sebesar 41% di kawasan keanekaragaman hayati tertentu, dengan total lebih dari 76 juta metrik ton GRK. USAID memberikan pelatihan dan menghubungkan lebih dari 11.000 petani dan keluarganya dengan pasar yang membantu meningkatkan pendapatan. USAID membentuk 25 kemitraan publik-swasta antara kelompok masyarakat, lembaga pemerintah, dan pembeli sektor swasta. USAID menyusun program untuk 33 juta dolar dana dalam negeri yang membantu pengelolaan hutan dan lahan gambut serta pencegahan kebakaran.

  • USAID membantu lebih dari 2.000 petani vanili mandiri di Papua untuk mendapatkan sertifikasi Standar Pertanian Berkelanjutan dari Rainforest Alliance untuk kebunnya sehingga bisa mendapatkan harga tinggi untuk hasil panennya.

  • Selama lima tahun terakhir, USAID bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan tata kelola dan pengembangan 26 kawasan konservasi perairan (KKP) dengan luas total 5,5 juta hektar di kawasan Timur Indonesia. Untuk menjaga stok ikan dan melindungi keberlanjutan perikanan, USAID mendukung pengembangan lima model tata kelola perikanan berbasis bukti di tingkat nasional dan lokal serta tiga rencana tata ruang laut tingkat provinsi. Upaya ini memberikan penghidupan bagi lebih dari 180.000 orang, melindungi kesejahteraan komunitas nelayan skala kecil, melindungi ekosistem dan spesies kunci, serta menurunkan perikanan ilegal hingga 70 persen di KKP tertentu.

PROGRAM SAAT INI

KEAMANAN DAN KETANGGUHAN LINGKUNGAN HIDUP

KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT DAN PERIKANAN BERKELANJUTAN

Indonesia terletak di pusat keanekaragaman hayati laut global dan memiliki sebagian besar wilayah Segitiga Terumbu Karang, sebuah kawasan yang menjadi rumah bagi 76% spesies karang dunia dan 37% spesies ikan terumbu karang dunia. Perikanan Indonesia bergantung pada keanekaragaman hayati laut yang luar biasa ini, tetapi penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU) semakin mengancam ketahanan pangan, mata pencaharian, dan keberlanjutan jangka panjang industri perikanan Indonesia. Sementara itu, kondisi perikanan dan keanekaragaman hayati laut Indonesia diperburuk oleh perubahan iklim dan pandemi COVID-19, yang telah menghambat upaya Indonesia untuk mengelola sumber daya ini secara efektif. Bermitra dengan Pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya, USAID mendukung kemandirian dan kemampuan Indonesia untuk melindungi keanekaragaman hayati laut dengan meningkatkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan berkeadilan serta memperkuat tata kelola, fungsi, dan manfaat kawasan konservasi perairan. Kemitraan ini akan menanggulangi faktor utama yang menghambat terpeliharanya keanekaragaman hayati laut sehingga dapat memperkuat ketangguhan ekosistem laut, mendorong mata pencaharian lokal, dan meningkatkan ekonomi, ketahanan pangan, serta keamanan maritim.

KONSERVASI HUTAN & PENGELOLAAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN

Lebih dari 30 juta orang Indonesia mengandalkan mata pencaharian dari hutan tropis yang luas. USAID bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan keberlanjutan inisiatif yang dapat menurunkan ancaman terhadap pelestarian hutan, keanekaragaman hayati, dan emisi gas rumah kaca karena pemanfaatan lahan yang tidak menjaga keberlanjutan di provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Aceh. Semua provinsi tersebut adalah rumah bagi lahan gambut kaya karbon dan hutan tropis yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan menjadi habitat orangutan, badak, gajah, dan harimau. USAID bekerja sama erat dengan Pemerintah Indonesia, masyarakat, organisasi masyarakat sipil, dan dunia usaha untuk meningkatkan manfaat ekonomi dan sosial melalui praktik pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Keahlian, pelatihan, fasilitasi, dan pendanaan dari USAID meningkatkan kemampuan Indonesia untuk menyeimbangkan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pemanfaatan lahan dengan ekonomi inklusif dan pengembangan mata pencaharian.

KESEIMBANGAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DAN PELUANG EKONOMI 

Energi Modern

Meskipun energi secara luas dipandang sebagai penggerak penting untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, Indonesia berjuang untuk mencapai keseimbangan antara ketahanan, keadilan, dan keberlanjutan energi. Dengan pertumbuhan permintaan energi yang meningkat sekitar lima persen per tahun, Indonesia menghadapi tantangan ganda untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat ini sekaligus juga mencapai target penurunan emisi. Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Indonesia memberlakukan Kebijakan Energi Nasional yang memprioritaskan peningkatan ketahanan energi dan diversifikasi bauran energi untuk meningkatkan porsi energi baru dan terbarukan menjadi 23 persen pada tahun 2025. USAID mendukung transformasi sektor energi Indonesia menuju sistem yang lebih berkelanjutan, adil, dan dapat diandalkan, dengan partisipasi sektor swasta yang kuat. USAID bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mendorong investasi di sektor energi, terutama untuk memajukan penerapan energi terbarukan yang hemat biaya, dalam memenuhi peningkatan permintaan energi Indonesia dan memberikan solusi berkelanjutan untuk memperluas akses terhadap energi. USAID bekerja dengan pemerintah pusat dan daerah, perusahaan listrik negara, sektor swasta, dan sektor keuangan untuk mempercepat penyebaran energi bersih dan modern, meningkatkan kinerja perusahaan listrik negara, meningkatkan sistem pengadaan yang transparan dan bernilai terbaik, serta memperkuat kerangka kelembagaan dan kapasitas untuk mendukung transformasi sektor energi.

Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia merupakan produsen utama tingkat global untuk tanaman bernilai tinggi seperti karet, kopi, kakao, dan rempah-rempah, termasuk vanili. Program pertanian dan perhutanan sosial USAID memberdayakan ribuan petani dan bisnis terkait untuk meningkatkan produksi, panen, dan pemrosesan hasil dan saat yang sama menghubungkan petani dengan pasar dan bisnis global. Kegiatan USAID dengan masyarakat lokal membantu petani mendapatkan mata pencaharian yang memberikan keuntungan lebih tinggi dan berkelanjutan sekaligus memperkuat kemandirian dan upaya pelestarian di tingkat akar rumput.

KETANGGUHAN DI PERKOTAAN

Air Minum, Sanitasi, dan Higiene (WASH) di Perkotaan

USAID mendukung upaya Indonesia untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi aman, memperkuat infrastruktur WASH yang tangguh terhadap iklim, serta meningkatkan tata kelola sumber daya air di daerah perkotaan yang rentan. Hal ini termasuk melibatkan pemerintah daerah dan penyedia layanan untuk peningkatan operasional, tata kelola, dan struktur keuangan dan pada saat yang sama menurunkan kerentanan terhadap guncangan karena iklim dan risiko terkait. USAID mengadopsi pendekatan inklusif yang berfokus pada masyarakat dan perempuan berpenghasilan rendah di perkotaan serta berupaya untuk mempromosikan dan meningkatkan peran perempuan di semua segmen di dalam sektor WASH. 

Untuk mempercepat pelayanan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan dan memicu permintaan dari rumah tangga untuk mendapatkan layanan WASH, USAID bekerja sama dengan berbagai mitra untuk memperluas pasar bagi pemasok layanan dari sektor swasta lokal dan usaha di bidang WASH. Peningkatan lingkungan usaha WASH mencakup penanganan berbagai kendala yang menghambat investasi sektor swasta, misalnya dengan melakukan advokasi kebijakan dan peraturan yang kondusif serta penguatan administrasi bisnis. Untuk menjaga permintaan pasar terhadap produk dan layanan WASH, USAID bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan setempat dan organisasi masyarakat untuk membangun kesadaran akan manfaat mengadopsi perilaku WASH yang lebih baik, seperti perbaikan jamban dan cuci tangan pakai sabun.

Sampah Plastik di Laut

Di Indonesia, sembilan persen atau 620,000 ton sampah plastik hanyut ke laut setiap tahunnya. USAID mendukung tujuan Indonesia untuk mengurangi sumber plastik laut dari daratan melalui sistem pengelolaan dan daur ulang sampah yang lebih baik. Pengelolaan sampah yang tidak baik menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dengan mencemari tanah, udara, dan air, dan memperparah krisis pencemaran laut dunia. Pengelolaan sampah yang tidak tepat, seperti pembakaran sampah secara terbuka, kini juga merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca dan bahaya lain bagi kesehatan manusia. Untuk mengurangi timbulan sampah plastik di daratan yang mengalir ke laut, USAID bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memperkuat lingkungan yang mendukung dan membangun kapasitas untuk perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan pengumpulan dan pengelolaan sampah. USAID juga bermitra dan berkoordinasi dengan mitra sektor swasta untuk mempromosikan model ekonomi sirkular dan meningkatkan efisiensi rantai pasok untuk plastik daur ulang. Untuk mempertahankan peningkatan jangka panjang, USAID bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk perbaikan perilaku dan promosi pengurangan pemakaian, penggunaan kembali, dan daur ulang plastik.

 

Image
Di dekat turbin angin di Tolo, Sulawesi Selatan, dua staf Perusahaan Listrik Negara bertukar pikiran. Sejak 2015, USAID telah mendukung pembangkitan 438 megawatt energi terbarukan, yang menyediakan akses energi bersih kepada lebih dari 3,3 juta orang.
Di dekat turbin angin di Tolo, Sulawesi Selatan, dua staf Perusahaan Listrik Negara bertukar pikiran. Sejak 2015, USAID telah mendukung pembangkitan 438 megawatt energi terbarukan, yang menyediakan akses energi bersih kepada lebih dari 3,3 juta orang.
David Sebastian Lindstrom
Share This Page